Ketika Anak Kita Sawanan

Sekitar 16 tahun yang lalu, ketika anak pertama berusia kurang dari satu tahun, pada suatu malam tiba-tiba menangis keras sekali, tidak bisa didiamkan. Semua orang yang ada dirumah, dari sang nenek, kakek bahkan buyut bergantian menggendongnya, siapa tahu bisa meredakan tangisannya yang sangat keras, memecah keheningan malam. Tangisan keras itu semakin menjadi-jadi. Seisi rumah bingung. Jam di dinding menunjukkan sudah lewat dua belas malam. Aku sendiri bingung, ada pertanda apa ini? Tiba-tiba ada kehendak (bisa juga dikatakan sebagai bisikan hati ; mungkin) untuk berwudhu. Kebetulan pernah juga diberitahu oleh seorang guru, tindakan-tindakan tertentu untuk mengatasi suatu masalah. Dan pikiranku segera teringat akan hal itu, maka semakin yakin apa yang akan aku lakukan ini dengan ijin Allah tentunya, akan dapat mengatasi tangisan anakku tersebut yang semakin lama semakin keras saja. 

Ketika sesudah menyempurnakan wudhu dan mau menghampiri si anak, mbah si bayi ternyata baru saja minta tolong sama tukang pijat (tukang urut khusus ibu-ibu yang sedang mengandung ; ada juga yang menyebutnya “dukun bayi”. “Sebentar lagi akan datang” kata si mbah. Akhirnya aku hampiri anakku tersebut dan kuusapkan sisa air wudhu yang masih ada di wajah dan tanganku ke muka dan kepalanya, dibarengi dengan do’a tentunya. Bersamaan dengan itu datanglah dukun bayi tersebut dan meminta anakku untuk digendongnya. Tak berapa lama, anakku tersebut diam dan tak menangis lagi. Kata si mbah dukun bayi, anakku tersebut kena sawan (sawanen ; bhs. Jawa). Dianjurkan oleh sang dukun bayi, untuk tidur dilantai saja. Saya sendiri tidak tahu metode yang mana yang menyebabkan tangisan anakku tersebut berhenti. Cara yang aku lakukan atau cara sang dukun bayi tersebut. Wallahua’lam. 
Ketika Anak Kita Sawanan 1
Sangat seringnya kasus-kasus serupa (anak kena sawan) terjadi di masyarakat kita. Anak kecil atau yang masih bayi sangat rentan terkena sawan (sawanen), bahkan dalam beberapa kasus, disertai panas dan kejang-kejang. Karena seringnya kasus seperti ini terjadi di masyarakat kita, saat ini para penjual jamu sudah menyediakan paket ramuan atau bedak anti sawan warisan leluhur kita. Dipakaikan kepada sang bayi. Di daerah admin, biasanya yang mempunyai hajatan (mantu, pesta), keluarga yang berduka (kepaten ; anggota keluarganya ada yang meninggal) sudah menyediakan paket ramuan atau bedak anti sawan untuk para tamu yang mengajak anak kecil (bayi) agar terhindar dari sawan.

Banyak sekali pendapat yang beredar di masyarakat tentang penjelasan tentang apa sebenarnya sawan ini. Ada yang bilang takhayul, tidak ilmiah (atau ilmu medis belum menjangkau terhadap masalah ini?). Admin sangat tertarik dan terkesan sekali dengan sebuah tulisan yang menyatakan bahwa bayi yang terkena sawan itu akibat adanya fluktuasi temperature yang tiba-tiba, sehingga bayi tersebut yang notabene mempunyai otak yang belum sempurna mengalami gangguan dengan munculnya kejang-kejang (sawan). 

Admin melakukan googling kesana-kemari, ternyata banyak sekali artikel yang menyamakan sawan dengan (hanya) kejang-kejang (ayan). Padahal sawan dalam pengertian masyarakat Jawa, bukan seperti itu. Sawan dan ayan merupakan dua hal yang berbeda. Pada beberapa kasus, anak atau bayi  yang terkena sawan ada yang tidak rewel terus, ada yang tidak panas badannya tetapi bayi tersebut diam saja dengan pandangan mata kosong (melongo), sangat berbeda dengan keadaan bayi itu sebelum terkena sawan. Diem aja, susah makan, pengin tidur melulu. Ternyata kena sawan. Sawan bisa juga hilang dengan sendirinya. Tapi kita sebagai orang tua tentunya khawatir dan tidak tega jika anak kita dalam keadaan yang tidak seperti biasanya dalam jangka waktu yang kita tidak tahu. Cara yang terbaik untuk mengatasi dan menyembuhkan anak yang terkena sawan adalah dengan meminta tolong kepada ahlinya (orang yang mempunyai kelebihan dalam bidang supranatural ataupun kyai).  

Banyak sekali kasus-kasus seperti itu, di masyarakat kita khususnya Jawa dapat menyebutkan jenis kejadian tertentu beserta solusinya, yang orang luar bilang itu takhayul. Dan yang sangat disayangkan adalah sebagian besar dari kita mengiyakan-nya. Kita banyak yang lupa siapa diri kita, bahwa kita mempunyai warisan budaya yang benar-benar adiluhung yang boleh jadi di atas budaya mereka (dalam bidang supranatural).


Baca juga artikel : Sawanan Atau Sawanen 
Ketika Anak Kita Sawanan | Pintu Sehat21 | 5

0 komentar:

Posting Komentar